Fasya Media Center – Ponorogo- 4 Oktobr 2025 – Dalam era kolaborasi ilmu pengetahuan modern, batas antara ilmuwan profesional dan masyarakat umum semakin kabur. Salah satu gerakan yang mencerminkan semangat itu adalah Citizen Science, sebuah pendekatan di mana masyarakat, termasuk siswa dan mahasiswa, berperan aktif dalam pengumpulan dan analisis data ilmiah. Semangat inilah yang dihidupkan oleh mahasiswa Fakultas Syariah UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo dalam kegiatan International Observe the Moon Night (IOMN) 2025, sebuah agenda astronomi global yang diselenggarakan secara serentak di seluruh dunia di bawah koordinasi NASA.
Kegiatan yang dipusatkan di halaman Fakuitas Syariah UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo ini menjadi ruang perjumpaan antara sains, teknologi, dan partisipasi publik. Ratusan peserta yang terdiri dari siswa SLTA dari sekitar Ponorogo dan Madiun, serta mahasiswa dari berbagai fakultas turun langsung mengamati Bulan, mencatat perubahan fase, merekam citra, dan bahkan mempelajari peta topografi permukaannya. Semua data yang dikumpulkan kemudian dikontribusikan ke dalam sistem observasi publik global yang terhubung dengan jaringan Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA.
Menurut Prof. Dr. Hj. Khusniati Rofiah, M.S.I., Dekan Fakultas Syariah UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, kegiatan ini bukan sekadar pengamatan langit, melainkan bagian dari pembelajaran kolaboratif lintas disiplin. “Mahasiswa kami belajar bagaimana sains bisa menjadi bagian dari pengabdian global. Mereka bukan hanya pengamat pasif, tetapi turut berkontribusi pada basis data ilmiah global,” ujarnya.
Melalui pendekatan Citizen Science, mahasiswa dilatih untuk berpikir ilmiah, bekerja dengan data, dan memahami metodologi observasi astronomi. Mereka mempelajari cara merekam citra Bulan menggunakan teleskop digital, mencatat waktu pengamatan dengan presisi, dan mengunggah hasilnya ke platform pengamatan global. Setiap catatan sederhana, seperti posisi terminator Bulan atau pola kawah Tycho, menjadi bagian kecil dari mozaik besar riset sains internasional.
Kegiatan ini juga menjadi bentuk nyata integrasi keilmuan Islam dan sains modern yang menjadi visi UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo. Dalam tradisi keislaman, pengamatan terhadap Bulan sudah lama dikenal melalui praktik rukyat dan hisab dalam penentuan kalender hijriah. Kini, tradisi tersebut mendapatkan makna baru ketika dipadukan dengan teknologi observasi dan sistem sains terbuka dari NASA.
Lebih lanjut Dekan Fakultas Syariah menegaskan bahwa partisipasi mahasiswa dalam gerakan ilmiah global merupakan bentuk nyata penguatan literasi sains dan moderasi beragama. “Kami ingin mahasiswa melihat langit bukan hanya sebagai simbol spiritual, tetapi juga sebagai medan ilmu pengetahuan. Ketika mereka mengamati Bulan, mereka sedang belajar menjadi bagian dari masyarakat ilmiah dunia,” ungkapnya.
Melalui kegiatan seperti International Observe the Moon Night , UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo menegaskan posisinya sebagai kampus yang adaptif terhadap perkembangan sains global. Pengamatan Bulan bukan lagi monopoli lembaga antariksa besar, tetapi bisa dilakukan siapa pun yang memiliki rasa ingin tahu dan komitmen terhadap ilmu.
Dari halaman Fakultas Syariah UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, cahaya Bulan yang terekam kamera mahasiswa menjadi simbol partisipasi lokal dalam sains universal. Inilah wajah baru pendidikan tinggi Islam: religius, ilmiah, dan terbuka terhadap kolaborasi global.
Sumber: RAC
Editor: Tim FMC