Oleh: Dr. Ahmad Junaidi, M.H.I. (Wakil Dekan III Fakultas Syariah / Pakar Ilmu Falak Fakultas Syariah)
Kemunculan Komet C/2023 A3 di Horizon Timur: Fenomena Langit yang Langka dan Simbol dalam Mitologi Jawa
Kemunculan komet C/2023 A3 (Tsuchinshan–ATLAS) di horizon timur saat fajar merupakan salah satu peristiwa astronomi yang langka dan memukau, yang membawa berbagai makna dari perspektif ilmiah maupun budaya. Komet ini tidak hanya menarik perhatian para astronom karena siklus orbitnya yang sangat panjang, tetapi juga menawarkan simbolisme yang mendalam dalam konteks mitologi Jawa. Fenomena ini menggabungkan keindahan alam semesta dengan refleksi budaya dan membuka peluang baru bagi pengamatan serta pemahaman tentang kosmos.
Sejarah Penamaan Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan–ATLAS)
Komet C/2023 A3 pertama kali ditemukan pada 9 Januari 2023 oleh tim astronom di Purple Mountain Observatory, Nanjing, Tiongkok—dikenal juga sebagai Tsuchinshan Observatory . Setelah penemuan ini dilaporkan ke Minor Planet Center , pengamatan lanjutan dilakukan oleh tim ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System) di Afrika Selatan pada 22 Februari 2023, yang mengonfirmasi keberadaan komet tersebut. Nama resmi C/2023 A3 (Tsuchinshan–ATLAS) diberikan untuk menghormati kedua teleskop yang terlibat dalam penemuan ini.
Saat ditemukan, komet ini terlihat di rasi Serpens, sekitar 4 derajat dari gugus bola M5, dengan kecerlangan sebesar magnitudo 18,1 dan berjarak 1,09 miliar kilometer dari Bumi. Komet ini berasal dari Awan Oort dan sedang dalam perjalanan menuju perihelion—titik terdekatnya dengan Matahari—yang akan terjadi pada 27 September 2024. Saat itu, komet ini akan berjarak sekitar 58,6 juta kilometer dari Matahari. Setelah itu, komet ini akan mendekati Bumi pada 14 Oktober 2024 dengan jarak sekitar 70,8 juta kilometer. Diperkirakan awalnya bahwa komet ini memiliki periode orbit 80.000 tahun, tetapi data terbaru menunjukkan periode orbit yang jauh lebih panjang, bahkan jutaan tahun, dan ini mungkin adalah kunjungan pertamanya ke Tata Surya dalam siklus yang begitu panjang.
Tantangan Teknis dalam Pengamatan
Kemunculan komet C/2023 A3 yang bersamaan dengan terbitnya fajar membuat pengamatannya menjadi sangat menantang. Dengan matahari yang mulai terbit di timur, cahaya komet dengan cepat tertutupi oleh sinar fajar, sehingga waktu untuk pengamatan sangat terbatas. Pengaturan teleskop dan kamera harus sangat presisi untuk menangkap detail koma dan ekor komet sebelum langit terlalu terang. Instrumen seperti teleskop dengan focal length yang sesuai dan kamera dengan sensitivitas tinggi, seperti Zwo Asi 224mc, sangat penting dalam pengamatan kondisi ini.
Namun, pada tanggal 25 September 2024 pukul 04:40 WIB, saya berhasil mengabadikan komet ini dari Observatorium Songgolangit menggunakan teknik perekaman yang sangat teliti. Keberhasilan ini didukung oleh kondisi atmosfer yang bersih dan stabil, yang memungkinkan hasil perekaman komet menjadi jelas. Dengan instrumen yang telah diatur dengan baik, saya mampu menangkap detail komet ini meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, terutama karena redupnya objek di dekat horizon timur. Pengamatan ini tidak hanya menjadi pencapaian teknis pribadi, tetapi juga memperkaya data tentang komet ini sebelum ia mencapai perihelionnya.
Peluang Pengamatan Tanpa Alat
Meski pengamatan dengan teleskop atau kamera sangat disarankan, ada kemungkinan komet ini terlihat dengan mata telanjang, terutama pada puncak kecemerlangannya, di mana ia diperkirakan mencapai magnitudo +4 hingga +5. Namun, pengamatan tanpa alat akan memerlukan kondisi langit yang sangat ideal, seperti di daerah pedesaan yang jauh dari polusi cahaya, dan karena posisinya yang rendah di horizon timur saat fajar, kesempatan tersebut sangat terbatas.
Perspektif Mitologi Jawa: Makna Arah Kemunculan
Dari sudut pandang budaya, khususnya mitologi Jawa, arah kemunculan komet memiliki makna simbolik yang kuat. Arah timur, tempat di mana komet C/2023 A3 muncul, melambangkan kelahiran, awal mula, dan harapan. Bagi masyarakat Jawa, timur sering dikaitkan dengan kehidupan baru dan optimisme. Dalam konteks ini, kemunculan komet di timur dapat diartikan sebagai pertanda perubahan besar yang positif.
Dalam tradisi Jawa, komet atau “lintang kemukus” sering dianggap sebagai tanda atau isyarat alam yang membawa pesan penting. Penampakan komet kerap kali diasosiasikan dengan peristiwa besar yang akan datang, baik itu secara sosial, politik, atau spiritual. Komet yang muncul di arah timur lebih sering dianggap sebagai pertanda baik, dibandingkan dengan komet yang muncul di barat, yang melambangkan akhir atau kematian. Sebaliknya, arah selatan dihubungkan dengan kekuatan alam yang destruktif, sementara utara dianggap melambangkan spiritualitas dan kebijaksanaan.
Koneksi antara Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kemunculan komet C/2023 A3 memberikan kita kesempatan unik untuk merenungkan keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan budaya. Dari perspektif ilmiah, komet ini membuka jendela untuk mempelajari lebih lanjut tentang kondisi awal tata surya, terutama karena material di dalam komet ini berasal dari Awan Oort, salah satu wilayah paling jauh di Tata Surya. Dari sini, kita bisa belajar tentang proses pembentukan planet dan benda langit lainnya.
Namun, dari perspektif budaya, kemunculan komet ini mengingatkan kita akan siklus kosmik yang lebih besar dan bagaimana fenomena langit sering kali dipandang sebagai tanda-tanda yang membawa makna simbolik. Dalam konteks ini, komet C/2023 A3 yang muncul di timur saat fajar bisa menjadi simbol kebangkitan kesadaran baru, perubahan besar, atau kebangkitan spiritual.
Penutup
Kemunculan komet C/2023 A3 (Tsuchinshan–ATLAS) di horizon timur saat fajar adalah sebuah fenomena yang memadukan keindahan astronomi dengan makna filosofis dan budaya. Dari sudut pandang ilmiah, komet ini memberikan kesempatan langka untuk mempelajari materi purba dari Awan Oort dan perjalanan panjangnya mendekati Matahari. Dari perspektif mitologi Jawa, kemunculannya di timur membawa simbolisme kehidupan baru dan harapan.
Fenomena ini mengajak kita untuk tidak hanya mengamati alam semesta dengan mata, tetapi juga merenungkan makna yang lebih dalam, baik secara ilmiah maupun budaya. Seperti komet yang melintasi langit, kita juga berada dalam perjalanan panjang yang terhubung dengan siklus kosmik yang lebih besar, di mana setiap peristiwa membawa makna dan refleksi bagi kehidupan manusia.
***