Fasya Media Center – Semarang, Asosiasi Dosen Falak Indonesia kembali menyelenggarakan kajian tematik online rutin dengan mengangkat tema “Keterlibatan Perempuan dalam Komunitas Ilmu Falak; Peluang, Tantangan, dan Manfaat di Era Inovasi Teknologi Teleskop SeeStar”. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Asosiasi Dosen Falak Indonesia Bekerjasama Dengan Prodi S1 dan S2 Ilmu Falak UIN Walisongo dengan menghadirkan narasumber utama Imroatul Munfaridah, M.S.I., selaku dosen Fakultas Syariah UIN Ponorogo sekaligus Koordinator Watoe Dhakon Observatory (WDO). Kajian diselenggarakan pada Sabtu 30 Agustus 2025 dan berlangsung secara daring serta diikuti oleh para akademisi, mahasiswa, komunitas astronomi, serta pegiat ilmu Falak dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam paparannya, Imroatul menegaskan bahwa peran perempuan dalam komunitas Ilmu Falak semakin signifikan, terutama dengan hadirnya inovasi teknologi teleskop digital SeeStar. Teknologi ini menghadirkan kemudahan dalam observasi, dokumentasi, dan diseminasi data astronomi sehingga membuka peluang luas bagi perempuan untuk berkontribusi aktif di bidang riset maupun edukasi.
“Tantangan terbesar kita adalah menghapus sekat-sekat yang membatasi partisipasi perempuan. Dengan adanya teknologi seperti SeeStar, perempuan tidak hanya bisa menjadi pengamat, tetapi juga peneliti, inovator, bahkan penggerak literasi astronomi di masyarakat,” jelasnya.
Peserta kajian menyambut hangat diskusi ini dengan mengajukan berbagai pertanyaan seputar strategi pemberdayaan perempuan, tantangan akses terhadap teknologi, hingga prospek kolaborasi antara akademisi dan komunitas. Suasana kajian menjadi interaktif dan inspiratif, mencerminkan besarnya antusiasme terhadap isu keterlibatan perempuan dalam ilmu Falak.
Dalam forum ini, Koordinator WDO Fakultas Syariah UIN Ponorogo mengajak para aktivis perempuan Falak untuk bangkit kembali menghidupkan komunitas khusus perempuan ahli Falak yang dahulu pernah ada. Menurutnya, keberadaan komunitas tersebut dapat menjadi wadah strategis untuk memperkuat jaringan, berbagi pengalaman, dan melahirkan kontribusi nyata perempuan dalam pengembangan Ilmu Falak di Indonesia. Kemudian diakhir penjelasannya juga menampilkan beberapa hasil pengamatannya dengan menggunakan teleskop SeeStar.
Menariknya, dalam kajian ini terdapat seorang mahasiswi dari UIN Walisongo yang menyampaikan ketertarikannya terhadap teleskop digital SeeStar dan menjadikannya sebagai objek penelitian skripsi. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi astronomi terbaru telah mulai menginspirasi generasi muda, khususnya perempuan, untuk berani menjadikan astronomi sebagai bidang riset serius sekaligus ruang aktualisasi diri. Para peserta kajian, khususnya peserta perempuan, menyampaikan harapannya agar tema-tema yang mengangkat peran perempuan dalam Ilmu Falak dapat lebih sering dibahas. Mereka menilai, diskusi semacam ini mampu memberikan motivasi, memperluas wawasan, sekaligus membuka peluang kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan komunitas astronomi.
Kontributor : Tim RAC
Editor: FMC