Fasya Media Center – Dalam rangka penentuan awal Ramadhan 1446 H, tim Laboratorium Falakiyah Watoe Dhakon Observatory (WDO) Fakultas Syariah IAIN Ponorogo menggelar Rukyatul Hilal. Kali ini, rukyatul hilal dilaksanakan di Markas WDO yaitu gedung A kampus 1 IAIN Ponorogo, dengan menggunakan 3 teleskop salah satunya teleskop keluaran terbaru yaitu SeeStar S50 dan alat bantu hitung Calculator Saintifix.
Rukyatul Hilal dilaksanakan pada akhir bulan Sya’ban yaitu pada Hari Jum’at, 28 Februari 2025 yang dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 18.30 WIB. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Rektor IAIN Ponorogo Prof. Dr.Hj. Evi Muafiah, M.Ag., Wakil Rektor II Prof. Dr. H. Agus Purnomo, M.Ag., Dekan Fakultas Syariah Dr. Hj. Khusniati Rofiah, M.S.I., koordinator laboratorium Fakultas Syariah serta para pimpinan dan Dosen Fakultas Syariah yang juga merupakan tim laboratorium falakiyah WDO, dan tentunya para mahasiswa konsentrasi Falak, dan beberapa mahasiswa lain yang tergabung dalam Reog Astronomi Club (RAC).
Sebelum pelaksanaan rukyatul hilal, terlebih dahulu para mahasiswa diberikan penjelasan terkait dengan kondisi hilal, perhitungan terbenamnya matahari, azimut matahari dan azimut bulan. Di WDO Tinggi hilal sekitar 3 derajat lebih 45 menit, Elongasi 5 derajat 31 menit Kemudian para mahasiswa juga diajarkan tentang kapan mulai rukyatul hilal dan kapan mengakhirinya, serta bagaimana melakukan rukyatul hilal dengan cara sederhana dan menggunakan alat. Setelah penjelasan tersebut selesai dilaksanakan, dimulailah prosesi rukyatul hilal.
“Rukyatul Hilal ini dilakukan dengan metode Imkanur Rukyah Neo-MABISM yang kriteria ketinggian atau minimal altitude adalah 3°. Dari beberapa titik di wilayah Indonesia, yang memenuhi kriteria Neo-MABISM hanya di wilayah Aceh, yaitu ketinggiannya mencapai 4° lebih dan elngasi sudah memenuhi syarat yaitu mencapai 6,4° lebih, Jelas Imroatul Munfaridah selaku direktur WDO.
Hasil dari kegiatan Rukyatul Hilal yang dilaksanakan di Markas WDO tidak dapat terlihat dikarenakan cuaca yang tidak mendukung.
“Cuaca menjadi kendala utama dalam Rukyatul hilal kali ini, di sore hari langit semakin gelap dikarenakan awan tebal dan sedikit menghitam di ufuk barat yang mengakibatkan terhalangnya kemunculan hilal awal Ramadhan 1446 H”, ungkap Imroatul Munfaridah.
Tujuan dari Rukyatul Hilal ini bukan semata-mata agar sukses melihat hilal, namun juga mengutamakan pembelajaran bagi para Mahasiswa dengan memadukan teori dan praktik dalam konsentrasi falakiyah.
“Hasil dari Rukyatul hilal oleh WDO memang tidak melihat hilal, namun dari perhitungan, semua ormas-ormas yang ada di Indonesia berpeluang besar melaksanakan awal bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal secara serentak. Jadi hasil akhir penetapan awal bulan Ramadhan tetap menunggu sidang isbat dari pemerintah.”tambah Imroatul Munfaridah di akhir wawancara.
Reporter: Alda Maharani, Ryo Rifai & Muhaimin Isnaini.
Editor : Tim FMC