Oleh: Khusniati Rofiah (Dekan Fakultas Syariah IAIN Ponorogo)
Di dunia kampus, aktivitas pembelajaran dapat berjalan maksimal jika semua sivitas akademika, baik dosen maupun mahasiswa bisa bekerjasama dan berkolaborasi dengan baik. Keduanya dapat ditunjang dengan infrastruktur yang memadai dan media pembelajaran yang efektif, maka dapat dipastikan keberhasilan pembelajaran akan tercapai.
Sebagai tenaga pengajar, dosen memiliki tugas yang mulia dan tidak ringan. Sebab, tidak hanya berkewajiban mengajar (muallim), dosen juga harus membimbing mahasiswa (murobbi) agar memiliki kompetensi yang relevan sesuai dengan keahlian.
Dosen mengemban amanah sebagai penggerak dan bertugas untuk memberikan stimulasi terbaik untuk merangsang proses belajar mahasiswa. Tidak hanya sekedar itu, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang semestinya dilakukan secara terus menerus. Bagaimana dosen dapat membimbing mahasiswa agar menemukan sesuatu yang baru, jika dosennya sendiri tidak melakukan riset? Untuk itu, kita sebagai dosen sebisa mungkin berusaha melakukan penelitian, baik kepustakaan ataupun penelitian lapangan.
Sebagai pengajar, dosen juga harus mempunyai niat mengabdi dan melaksanakan kewajiban sebagai dosen, dengan tetap mengayomi dan memberikan pelayanan terbaik kepada mahasiswa. Terdapat poin-poin penting yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang tertuang dalam core value yang kita singkat FASYA, yaitu F (Fleksibel), A (Aktif), S (Sabar), Y (Yakin) dan A (Agamis).
F berarti Fleksibel. Ini berarti dosen diharapkan luwes dalam memberikan materi perkuliahan. Baik materi yang diberikan secara tatap muka, terlebih materi yang diberikan secara jarak jauh (online). Sebisa mungkin, dosen agar memanfatkan teknologi sebagai media pembelajaran dan juga dalam proses membimbing mahasiswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
A bermakna Aktif. Di tengah pandemi Covid-19 yang mengharuskan kegiatan belajar dilakukan secara online, dosen diharapkan selalu aktif dan inovatif menemukan hal-hal baru untuk menunjang metode pengajaran yang tidak membosankan mahasiswa. Inovasi ini penting agar proses pembelajaran tidak monoton dan terkesan garing.
S berarti Sabar. Ini yang mungkin jarang kita sadari, bahwa mengajar adalah ujian kesabaran. Hendaknya, kita sebagai dosen lebih sabar lagi dalam mengajar. Ketika mahasiswa tidak bisa memahami materi ataupun salah menjawab soal, bukan berarti kita pantas memarahi mereka, akan tetapi kita berusaha mencari cara terbaik untuk mengarahkan agar lebih baik. Mungkin dengan metode yang berbeda dan unik akan memudahkan mereka menangkap maksud dari pelajaran tersebut.
Seperti dawuh K.H. Maimoen Zubair yang patut kita renungkan bersama, bahwa tugas kita sebagai guru hanya mengajar. Menjadi guru, tidak perlu memiliki niat untuk membuat pintar murid, melainkan niatkan untuk mendidik dan menyampaikan ilmu. Nanti yang ada, kita malah marah-marah, ketika melihat murid kita tidak pintar dan tidak paham apa yang kita sampaikan. Perkara murid kita kelak jadi orang pintar atau tidak, serahkan pada Allah SWT. Didoakan saja terus menerus agar mendapat hidayah.
Y berarti Yakin,. Yakin di sini dapat bermakna percaya diri terhadap keilmuan yang dimiliki. Meskipun demikian, seorang dosen harus memiliki persiapan yang sempurna dan matang sebelum ia mengajar, untuk menghindari dari kesalahan dalam memberikan materi. Karena itu adalah wujud kesungguhan dalam mengajar.
A yang terakhir bermakna Agamis. Dosen diharapkan mampu berkomunikasi dengan baik kepada mahasiswa, yakni komunikasi yang santun dan menjunjung nilai-nilai Islami. Kita sebagai dosen harus menanamkan kepada mahasiswa agar terus belajar dengan memegang teguh nilai-nilai agama agar tidak tersesat dan terjebak dalam beragam arus globalisasi, ideologi dan perkembangan teknologi. Jadi, walaupun inovasi digital terus berjalan, namun kita tetap wajib berpegang teguh pada ajaran agama. Berotak london dan berhati Masjidil Haram.
Mari kita bersama-sama berbenah, memperbaiki metode dan cara pembelajaran kita, agar menjadi dosen Fakultas Syariah yang benar-benar FASYA, Fleksibel, Aktif, Sabar, Yakin dan Agamis, seperti yang saya paparkan di atas.