Oleh : Annisa Dwi Kurniawati (Dosen Fakultas Syariah IAIN Ponorogo)
Aspek negatif pembelajaran online selama masa pandemi, sudah sangat populer didengar. Berbagai hambatan dan tantangan dari banyak faktor seringkali menjadi kendala dalam pembelajaran. Banyak yang menginginkan untuk segera kembali pada sistem pembelajaran secara offline, yakni bertatap muka secara langsung.
Aspek negatif pembelajaran online yang selama ini diulas, berpotensi menjadi cara pandang baru, bahwa pembelajaran online memang sangat tidak efektif. Namun, jika benar-benar direnungkan, sebenarnya persepsi negatif itu muncul karena pembelajaran online yang tidak efektif atau kesiapan belajar kita yang masih kurang?
Apabila pertanyaan sebelumnya terlalu sulit untuk dijawab, mungkin pertanyaan yang lebih sederhana bisa menjadi suatu refleksi untuk dipikirkan sejenak. Sebenarnya, ketika mahasiswa berangkat ke kampus, apa yang menjadi niat (atau mungkin minat) utama? Apakah belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru, atau bertemu kawan untuk berbagi cerita dan pengalaman? Lebih jauh lagi, apa sebenarnya makna kampus bagi mahasiswa? Merenungkan jawaban dari beberapa pertanyaan ini mungkin bisa menjadi refleksi tentang apa, bagaimana, kapan, dimana, dan mengapa mahasiswa harus belajar.
Belajar adalah sebuah proses yang perlu dinikmati. Istilah proses belajar dapat diartikan sebagai serangkaian tahapan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku (Herawati, 2020). Selanjutnya, apabila belajar adalah suatu proses yang akan menimbulkan suatu perubahan, bukankah perubahan sistem pembelajaran online ini menjadi salah satu kesempatan emas yang bisa kita manfaatkan? Atau, kita yang memang masih menikmati diri terpaku di zona nyaman?
Peluang Positif di Masa Pembelajaran online
Sistem pembelajaran online yang dilakukan sejak Maret 2020 sudah semestinya membawa perubahan yang cukup signifikan pada pola pembelajaran, baik bagi dosen maupun mahasiswa. Perubahan pola dan kebiasaan belajar ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa, apabila mahasiswa memiliki kemauan dan tekad untuk belajar. Fleksibilitas waktu pada proses pembelajaran online menjadi keunggulan utama yang mungkin tidak diperoleh pada sistem pembelajaran offline. Dengan sistem pembelajaran online, mahasiswa dapat leluasa belajar di mana, kapan, dan dengan siapa, sesuai dengan keinginan masing-masing.
Sejatinya, sistem pembelajaran online bukanlah suatu usaha ‘meng-online¬-kan’ pembelajaran tatap muka. Jika hal ini sampai terjadi, maka esensi dan manfaat pembelajaran online tidak akan dapat dirasakan secara maksimal. Memaksimalkan fleksibilitas waktu belajar sebenarnya dapat dijadikan peluang dan kesempatan bagi mahasiswa untuk menjadi mahasiswa cerdas. Seorang mahasiswa cerdas akan mampu dan mau mengambil kesempatan untuk self-improving quality, atau mengupgrade kualitas diri secara mandiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan belajar, memanfaatkan informasi dan ketersediaan aplikasi ataupun konten edukasi yang memberikan pasokan nutrisi bagi otak.
Fleksibilitas waktu pada pembelajaran online dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan menerapkan pola manajemen waktu yang baik. Selain itu, ketersedian sumber ilmu pengetahuan yang kaya di internet menjadi peluang positif yang dapat mendukung niat mahasiswa untuk self-improving quality. Sebagai contoh, misalkan dalam pembelajaran offline kita diharuskan duduk diam di kelas selama jangka waktu 2 jam nonstop untuk satu topik bahasan, maka di pembelajaran online kita bisa menggunakan waktu 2 jam untuk lebih banyak topik bahasan yang disesuaikan dengan kebutuhan kita. Pembelajaran online memberi kita kesempatan untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Aplikasi atau Platform Penunjang
Perkembangan teknologi informasi yang masif menjadikan kuantitas dan kualitas aplikasi yang tersedia di dunia maya semakin layak untuk dicicipi. Saat ini, sudah tersedia banyak aplikasi yang menunjang proses pembelajaran maupun meningkatkan kualitas pribadi, dan dapat digunakan tanpa mengeluarkan biaya tambahan (atau dengan kata lain, hanya berbekal kuota internet).
Peningkatan fitur pada beberapa media sosial, dapat dimanfaatkan untuk media pembelajaran. Misalnya pada aplikasi TikTok. Aplikasi ini menjadi lebih populer selama pandemi. Tidak dimungkiri, kebosanan yang terjadi selama berada di rumah membuat mahasiswa akhirnya mencari hiburan dengan scrolling aplikasi yang menawarkan kemudahan membuat video, serta disediakannya fitur tambahan berupa background music yang menambah rasa candu untuk tak berhenti scrolling.
Dosen bisa ‘memanfaatkan’ kecanduan mahasiswa pada aplikasi ini dengan memberikan tugas menggunakan TikTok sebagai jalan pintas. Misalnya, ketika mengampu mata kuliah kewirausahaan, dosen bisa memberikan tugas untuk membuat video promosi barang dengan menggunakan TikTok. Selain untuk memenuhi tugas, hal ini bisa menjadikan siswa belajar bagaimana menampilkan video promosi yang menarik bagi para calon konsumen.
Aplikasi lainnya adalah Instagram. Aplikasi yang awalnya menjadi galeri foto di dunia maya ini, kini memiliki semakin banyak fitur. Fitur feed pada Instagram yang dilengkapi dengan tombol like maupun share, bisa dimaksimalkan fungsinya untuk pembelajaran. Dosen bisa memberikan tugas yang menantang mahasiswa untuk berkreasi sehingga mahasiswa menikmati proses belajar itu sendiri.
Tugas yang diberikan kepada mahasiswa memang seharusnya tidak semata-mata untuk memberatkan beban mahasiswa di kala masa pembelajaran online. Malah, sudah saatnya tugas menjadi ajang berkreasi. Misalnya, mahasiswa diberi tugas untuk membuat resume materi berupa peta konsep sekreatif mungkin dan upload di feed Instagram pribadi mahasiswa. Selain tidak membosankan, jenis tugas seperti ini tampaknya bisa menjadi salah satu alternatif tugas yang secara tidak langsung memaksa mahasiswa untuk menampilkan kreativitas dirinya.
Beberapa aplikasi yang telah diuraikan sebelumnya hanyalah sebagian kecil dari jumlah aplikasi yang tersedia dan dapat dimanfaatkan di dunia maya. Bahasan kali ini mungkin tidak akan cukup untuk menjelaskan bagaimana menariknya fitur dari banyak aplikasi yang saat ini telah ada.
Jadi, apa tujuan utama yang ingin disampaikan pada tulisan ini? Tujuan tulisan ini sebenarnya hanyalah mengajak mahasiswa untuk meningkatkan kualitas diri dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan fleksibilitas yang tersedia selama perkuliahan masih berlangsung online. Sudah saatnya mahasiswa mem_-follow_ konten-konten edukatif atau konten study skill.
Saat ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menjadi cerdas dan cakap digital di masa pembelajaran online. Mahasiswa memiliki kesempatan yang luas untuk belajar banyak hal dan banyak skill. Kesempatan ini digunakan atau tidak, itu sepenuhnya kuasa mahasiswa. Mahasiswa mempunyai hak untuk menentukan perubahan tindakannya hari ini, meski dampaknya mungkin baru akan dirasakan esok hari.
Yuk, menjadi mahasiswa cerdas dan cakap digital!