Ponorogo – Dalam upaya menguatkan pemahaman astronomi Islam yang aplikatif di kalangan mahasiswa, Reog Astronomy Club (RAC) Fakultas Syariah UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo kembali menggelar kajian rutin dwi mingguan, Rabu, 28 Mei 2025, pukul 15.00 – 16.30 WIB. dengan tema spesial: “Rashdul Kiblat Global: Kajian Teori dan Praktik.”
Acara ini diikuti oleh 40 mahasiswa anggota aktif RAC, bertempat di ruang teori lantai dua gedung Fakultas Syariah dan dilanjutkan praktik di halaman utama fakultas. Kajian kali ini menghadirkan dua narasumber utama yang kompeten di bidang falak dan astronomi Islam, yakni Dr. Nihayatur Rohmah, M.S.I. dan Khairil Umami, M.S.I., serta dipandu oleh moderator sekaligus dosen falakiyah, Shofwatul Aini, M.S.I.
Rashdul Kiblat: Momentum Astronomis Penentu Arah Kiblat
Rashdul Kiblat adalah fenomena astronomis ketika matahari tepat berada di atas Ka’bah, sehingga bayangan benda tegak lurus saat itu akan menunjukkan arah kiblat yang akurat. Fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun dan menjadi rujukan penting dalam kalibrasi arah kiblat secara global.
Dalam sesi paparan, Dr. Nihayatur Rohmah, M.S.I., menjelaskan bahwa Rashdul Kiblat adalah momentum edukatif dan praktis dalam memperkenalkan astronomi Islam kepada masyarakat.
“Fenomena Rashdul Kiblat merupakan momen langit yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, tidak harus astronom profesional. Justru inilah yang membedakan antara astronomi umum dan falak—keduanya bersentuhan langsung dengan kebutuhan umat Islam sehari-hari,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dasar-dasar perhitungan waktu Rashdul Kiblat, faktor-faktor astronomis yang memengaruhinya, serta hukum fikih terkait validitas arah kiblat menggunakan fenomena ini.
Khairil Umami: Rashdul Kiblat sebagai Sarana Literasi Astronomi Populer
Sementara itu, Khairil Umami, M.S.I., menekankan pentingnya fenomena Rashdul Kiblat sebagai sarana literasi astronomi populer dan dakwah falakiyah di era digital.
“Kita bisa menggunakan Rashdul Kiblat untuk mengedukasi publik tentang arah kiblat, memperkenalkan konsep koordinat langit, dan mengajarkan prinsip-prinsip observasi falak dengan cara yang sederhana namun ilmiah,” jelasnya.
Ia juga memandu mahasiswa dalam simulasi penggunaan perangkat bantu seperti kompas kiblat, aplikasi planetarium, serta instrumen sederhana seperti tongkat bayangan.
Praktik Langsung: Kalibrasi Arah Kiblat di Halaman Fakultas
Usai sesi teori, mahasiswa diajak untuk langsung mempraktikkan metode Rashdul Kiblat di halaman Fakultas Syariah. Meskipun fenomena Rashdul Kiblat sesungguhnya terjadi pada hari sebelumnya, mahasiswa diarahkan untuk melakukan simulasi praktik kalibrasi kiblat menggunakan data astronomis aktual dan prakiraan posisi matahari mendekati Ka’bah.
Peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil, masing-masing membawa perangkat observasi sederhana seperti paku tegak, penggaris bayangan, dan aplikasi pengarah matahari (sun tracker). Sesi ini memberikan pengalaman langsung dalam mengukur bayangan dan menentukan kiblat berdasarkan posisi matahari.
Shofwatul Aini, M.S.I., yang memandu jalannya kegiatan sejak awal, menyampaikan bahwa pendekatan RAC selalu menekankan integrasi teori dan praktik dalam setiap kajian, agar mahasiswa tidak hanya mahir menghitung, tapi juga mampu mengaplikasikan di lapangan.
RAC: Menjembatani Langit dan Syariah
Reog Astronomy Club (RAC) merupakan komunitas astronomi yang berada di bawah naungan Fakultas Syariah UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo. Klub ini secara rutin mengadakan kajian tematik, ekspedisi langit, pelatihan hisab-rukyat, hingga kegiatan edukatif seperti rukyat hilal dan observasi langit malam.
Melalui kegiatan seperti kajian Rashdul Kiblat ini, RAC berkomitmen menjadi jembatan antara langit dan bumi, antara ilmu falak dan praktik keislaman sehari-hari. Mahasiswa tidak hanya diajak memahami fenomena langit secara saintifik, tetapi juga memaknainya sebagai bentuk ibadah dan pelayanan umat.
Reporter: Tim RAC