Fasya Media Center – Kudus, 14 Juli 2025, Kontribusi akademisi dalam pengambilan keputusan keagamaan di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) kembali terlihat. Ahmad Junaidi, Dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, terlibat sebagai salah satu tim pembahas dalam verifikasi hasil Bahsul Masail Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Verifikasi ini dilaksanakan melalui Rapat Syuriah PBNU pada Selasa, 14 Juli 2025, bertempat di Hotel HOM Kudus, Jawa Tengah.
Menariknya, isu falakiyah yang tengah diverifikasi kali ini merupakan persoalan yang juga menjadi fokus penelitian Ahmad Junaidi dalam disertasinya, yang membahas secara mendalam adopsi dan implementasi teknologi observasi terkini dalam rangka meningkatkan objektifitas rukyatul hilal, sebagai bahan penetapan awal bulan hijriyah. Persoalan tersebut dibawa ke forum Bahtsul Masail Falakiyah PBNU atas usulan resmi dari Lembaga Falakiyah (LF) PBNU, menunjukkan relevansi langsung antara kajian akademik dan kebutuhan praktis umat.
Bahsul Masail Falakiyah PBNU sendiri telah dilaksanakan sebelumnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo pada 22 Juni 2025. Forum ini membahas isu-isu falak kontemporer yang berdampak langsung pada penentuan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah, serta penyusunan kalender hijriyah nasional.
“Rapat Syuriah PBNU menjadi salah satu mekanisme resmi penetapan hasil Bahtsul Masail, selain melalui Muktamar dan Musyawarah Nasional (Munas). Di tahap inilah setiap hasil pembahasan diverifikasi kembali secara mendalam agar sesuai dengan metodologi dan nilai-nilai keilmuan NU,” terang Ahmad Junaidi.
Sebagai akademisi sekaligus praktisi falakiyah, keterlibatan Ahmad Junaidi tidak hanya membawa perspektif ilmiah berbasis riset, tetapi juga memastikan bahwa keputusan yang dihasilkan tetap responsif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan umat. Disertasinya yang relevan dengan persoalan yang dibahas menjadi pijakan ilmiah penting, sekaligus penghubung antara tradisi Bahtsul Masail dan dunia akademik.
Verifikasi ini dihadiri oleh jajaran Syuriah PBNU, para pakar falak dari berbagai pesantren dan lembaga falakiyah, serta perwakilan Lembaga Bahtsul Masail PBNU. Proses musyawarah dilakukan secara mendalam, dengan tetap merujuk kepada kitab-kitab mu’tabarah sebagai rujukan utama.
Kehadiran Ahmad Junaidi dalam forum strategis ini semakin memperkuat kontribusi dosen-dosen Ilmu Falak UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo dalam diskursus falakiyah nasional. Ini juga menjadi bukti nyata bahwa hasil riset akademik dapat terhubung langsung dengan proses pengambilan keputusan di tingkat PBNU.