Fakultas Syariah Gelar Observasi Gerhana Bulan

SUPER-BLOOD-BLUE-MOON:
GERHANA BULAN TOTAL ISTIMEWA DI MUSIM HUJAN
Oleh: Ahmad Junaidi
(Direktur Ekskutif Watoe Dhakon Observatory Fakultas Syariah IAIN Ponorogo)
Rabu malam, 31 Januari 2018 mendatang akan terjadi peristiwa Gerhana Bulan Total yang merupakan salah satu gerhana paling istimewa. Gerhana ini merupakan gerhana pertama dari beberapa rangkaian gerhana yang terjadi tahun ini. Dilihat dari durasinya, peristiwa gerhana ini tergolong sangat panjang, sehingga kesempatan untuk melihat, mengabadikan dan melaksanakan ibadah sunnah shalat khusuf sangat luas. Secara hisab, fase-fase peristiwa gerhana tersebut adalah sebagai berikut:
 Awal Gerhana Penumbra : 17:51:15 WIB.
 Awal Gerhana Bulan Sebagian : 18:48:27 WIB.
 Awal Gerhana Bulan Total : 19:51:47 WIB.
 Puncak Gerhana Bulan Total : 20:29:49 WIB.
 Akhir Gerhana Bulan Total : 22:11:11 WIB.
 Akhir Gerhana Penumbra : 23:08:27 WIB.
Ada beberapa hal yang membuat gerhana ini tergolong paling istimewa, yaitu:

1. Terjadi saat Supermoon.
Supermoon adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai peristiwa purnama, dimana posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi (sekitar 360.000 km), yang dalam bahasa astronomi disebut titik perigee. Titik perigee bisa terjadi karena jalur lintasan bulan mengelilingi bumi tidak bulat sempurna, melainkan agak lonjong, sehingga ada saat dimana bulan berada pada posisi paling dekat dengan bumi (perigee), dan ada saat dimana bulan berada pada posisi paling jauh dengan bumi (apogee).
Ketika bulan pada fase purnama dan berada pada titik perigee inilah yang disebut dengan Supermoon. Disebut super karena diameter bulan akan nampak lebih besar dari biasanya, yang dalam dalam skala sudut diameter tampaknya sekitar 0 derajat 33 menit 09 detik.

2.Terjadi saat Bluemoon.
Bluemoon bukanlah istilah yang mengindikasikan warna dari bulan yang menjadi biru. Warna bulan tetap seperti biasanya yakni abu-abu pucat kekuningan, meskipun warna bulan kebiruan menurut NASA memang pernah terjadi saat meletusnya gunung Krakatau tahun 1883, yang semburan abu vulkaniknya menjadi filter alami yang menyebabkan warna matahari dan bulan menjadi biru. Inilah yang menjadikan awal mula munculnya istilah Bluemoon, yang mengindikasikan sebuah peristiwa yang sifatnya langka.
Dalam istilah astronomi, Bluemoon merupakan sebutan dari fase purnama kedua yang terjadi terjadi dalam satu bulan kalender masehi. Dalam bulan ini, purnama pernah terjadi pada tanggal 2 Januari, dan akan terjadi pernama kembali pada tanggal 31 Januari mendatang. Jadi dalam bulan Januari tahun 2018 ini ada dua purnama, dan kebetulan keduanya terjadi pada titik perigee, yang dalam istilah astronomi disebut Supermoon.
Saat gerhana bulan nanti, bumi menghalangi bulan dari matahari. Sinar matahari yang mestinya menyinari bulan terhalang oleh bumi, sehingga saat gerhana bulan mencapai totalitasnya, bulan akan nampak gelap. Namun di sisi lain, atmosfir bumi bisa membiaskan cahaya merah dari matahari, sehingga saat totalitas gerhana bulan bukan sama sekali tidak terlihat, namun tetap terlihat kemerahan yang dalam istilah astronomi sering disebut dengan Bloodmoon. Sebuah peristiwa yang betul-betul luar biasa dan langka, dimana Bloodmoon (gerhana bulan total) terjadi padda saat Bluemoon dan Supermoon. Sehingga peristiwa gerhana bulan total ini bisa disebut dengan Super-blood-blue-moon.

3.Seluruh wilayah Indonesia dilintasi jalur totalitas.
Tidak kalah menariknya dari dua hal di atas, peristiwa gerhana bulan total nanti bisa diamati dari seluruh wilayah Indonesia. Jalur totalitas gerhana bulan memang berbeda dengan jalur totalitas gerhana matahari, dimana diameter jalur wilayah gelap (totalitas) gerhana matahari hanya sekitar 265 kilometer sedangkan jalur totalitas gerhana bulan sangat luas, lebih separuh wilayah bumi. Namun demikian kita patut beryukur, sebab kita termasuk dalam jalur totalitas dimana ada beberapa negara yang tidak masuk dalam jalur totalitas gerhana tersebut.
Bulan Januari bagi Indonesia yang terbentang di sekitar katulistiwa adalah saat musim hujan dengan tingkat curah hujan paling banyak. Harapan kita panjatkan kepada Sang Penguasa Alam Semesta Allah Rabb al-Alamin, agar kiranya diberi kesempatan menyaksikan salah satu ayat kauniyahNya untuk kita ambil pelajaran dan I’tibar dalam kehidupan di alam dunia yang diciptakanNya.

Dalam rangka menyambut peristiwa istimewa ini, Observatorium Watoe Dhakon Fakultas Syariah IAIN Ponorogo yang merupakan wahana penelitian falakiyah dan astronomi bagi dosen dan mahasiswa, akan melaksanakan kegiatan Observasi yang dibingkai dengan kegiatan keagamaan.
Kegiatan diawali dengan Shalat Khusuf yang merupakan salah satu syariat tsabitah, sunnah muakkadah bagi orang yang dikenai khitob shalat maktubah, yang dasarkan pada firman Allah dalam surat Fusssilat ayat 37: ومن آياته الليل والنهار والشمس والقمر لا تسجدوا للشمس ولا للقمر واسجدوا لله الذى خلقهنّ إن كنتم إياه تعبدون dan juga sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Ibnu Umar: إنّ الشمس والقمر آيتان من آيات الله، لا ينكسفان لموت أحد ولا لحياته، فإذا رأيتم ذلك فصلّوا وادعوا حتى ينكشف بكم.

Kegiatan shalat khusuf tersebut dilaksanakan di masjid Ulin Nuha dilanjutkan dengan observasi gerhana di Watoe Dhakon Observatory Fakultas Syariah IAIN Ponorogo yang sama-sama berada di kampus 1 IAIN Ponorogo, Jl. Pramuka 156 Ponorogo. Kegiatan ini sifatnya terbuka untuk umum, bisa diikuti oleh seluruh civitas akademika IAIN Ponorogo dan masyarakat pada umumnya.
Selamat ber-Tadabbur dan Tafaqquh atas Ayat KauniyahNya bersama Watoe Dhakon Observatory Fakultas Syariah IAIN Ponorogo…

Bagikan Artikel
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp