Fasya Gelar Simposium ADFI, Seminar Nasional, & Peresmian WDO

Ponorogo– Fakultas Syariah IAIN Ponorogo menyelenggarakan acara Simposium Dosen Falak Nasional di kampus II IAIN Ponorogo pada Selasa (25/09/2018). Acara diikuti oleh 46 orang dosen falak dari seluruh PTKI di Indonesia. Dalam acara yang berlangsung sampai pukul 23.00 WIB tersebut, telah dipresentasikan empat artikel terbaik yang terkompilasi dalam prosiding simposium dosen falak nasional, serta dibahasnya berbagai terobosan baru, brainstroming gagasan-gagasan strategis sebagai upaya untuk memajukan ilmu falak di Indonesia, disamping sebagai ajang silaturrahim antar dosen ilmu falak nasional. Dalam acara yang dipimpin langsung oleh Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag., selaku ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia,  tampak para peserta simposium ADFI berpartisipasi aktif dalam diskusi atas pemaparan fakta-fakta seputar perkembangan ilmu falak nasional di ranah global. Sebagai wakil dari institusi tempat bertugas, peserta simposium ADFI diharapkan mampu memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu falak di lembaga masing-masing.

Kegiatan simposium yang melahirkan gagasan-gagasan strategis dalam pengembangan ilmu falak nasional di ranah global, disempurnakan dengan rangkaian acara seminar nasional falak dengan tema “revitalisasi observatorium dan laboratorium untuk kemajuan ilmu falak di Indonesia” di gedung Graha Watoe Dhakon IAIN Ponorogo pada Rabu (26/09/2018). Seminar dihadiri oleh Rektor IAIN Ponorogo, Dr. Hj. Siti Maryam Yusuf, M.Ag., beserta wakilnya, Dekanat di lingkungan IAIN Ponorogo, Pimpinan Lembaga Hisab Ru’yat se-karesidenan Madiun, dosen ilmu falak nasional yang terhimpun dalam Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI). Narasumber dalam seminar tersebut adalah Prof. Dr. H. Thomas Djamaluddin, M.Sc. (Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional/LAPAN), Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. (Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia/ADFI), dan Ahmad Junaidi, M.HI sebagai moderator.

Acara ini dimeriahkan oleh penampilan dari mahasiswa/i fakultas syariah syariah IAIN Ponorogo, diantaranya adalah penampilan lagu solo dan paduan suara yang dikoordinir oleh Bambang Hadi, Mahasiswa jurusan Hukum keluarga Islam Semester VII, penampilan reog oleh Fajar dan tim, mahasiswa jurusan Hukum Ekonomi Syariah semester VII.

 

 

Mengawali acara seminar, moderator memaparkan betapa pentingnya mengembalikan kejayaan Islam di bidang ilmu astronomi/ilmu falak. Sejarah mencatat, jauh sebelum lahirnya ilmu astronomi barat yang serba modern, Islam telah memiliki tokoh-tokoh penting di bidang astronomi, diantaranya adalah Abu Raihan al-Biruni, yang menyatakan bahwa bumi berbentuk bulat, menentang teori geosentris yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat alam semesta sekaligus pusat pergerakan benda-benda langit.

Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag., menyampaikan bahwa terdapat dua ranah dalam ilmu falak; ranah perhitungan dan observasi. Apabila kembali pada sejarah, observasi telah dilakukan oleh para ilmuwan klasik, sebelum diterapkan model perhitungan, hal ini dapat dilihat dari alat-alat astronomi klasik seperti rubu’ mujayyab. Dengan kata lain, ranah observasi menjadi penting untuk dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan ilmu falak di Indonesia. Salah satu upaya untuk merealisasikan harapan ini adalah revitalisasi fungsi laboratorium dan observatorium falakiyah melalui lembaga-lembaga yang berkompeten. Dalam materinya, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin juga menegaskan tentang urgensi pemilihan metode yang tepat dalam menentukan awal bulan hijriyah yang didasarkan pada dalil syar’i dan kajian astronomis yang shahih. Kajian astronomis dapat dilaksanakan dengan hadirnya laboratorium sebagai wahana observasi benda-benda langit guna melestarikan perkembangan ilmu falak secara umum.

 

Usai acara seminar, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M.Sc, meresmikan laboratorium Watoe Dhakon Obseravatory (WDO) Fakultas Syariah IAIN Ponorogo, dengan disaksikan oleh Pejabat Fakultas Syariah, Ketua Umum ADFI, dan seluruh peserta ADFI. Dengan diresmikannya Watoe Dhakon Obseravatory (WDO) ini, diharapkan minat terhadap kajian ilmu falak akan semakin lestari, merespon perkembangan zaman, dan menjadikan Indonesia lebih maju di kancah ilmu astronomi global. Disamping sebagai inspirasi bagi institusi lain, untuk lebih memberikan perhatian pada perkembangan ilmu falak di lingkungan perguruan tinggi masing-masing.

#fasyajayasukses.

 

Bagikan Artikel
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp