Khusniati Rofiah, Dekan Perempuan Pertama Fakultas Syariah IAIN Ponorogo

Fasya Media Center – Saat ini, Fakultas Syariah IAIN Ponorogo dipimpin oleh sosok perempuan tangguh yang sudah lebih dari 20 tahun berkarir di dunia akademik, yaitu Dr. Hj. Khusniati Rofiah, M.S.I. Bu Rofi’, sapaan akrab beliau, merupakan dekan perempuan pertama di lingkungan IAIN Ponorogo, khususnya di Fakultas Syariah.

Perempuan tangguh yang  lahir di Ponorogo pada 10 Januari 48 tahun silam ini, meraih gelar Doktor dalam bidang Dirasah Islamiyah dari UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2018. Istri dari K.H. Yasin Ashari ini, tak hanya mengenyam pendidikan formal, tetapi juga pendidikan non-formal, yakni di Madrasah Diniyah Darul Huda, Mayak, Tonatan, Ponorogo, yang kemudian dilanjutkan ke Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi. Selain itu, beliau juga pernah nyantri di Madin al-Amiriyyah dan berhasil lulus pada jenjang “Ulya” pada tahun 1994.

Riwayat karier beliau, dimulai dari menjadi tenaga pengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Darul Huda Mayak, Tonatan, Ponorogo. Selain itu, beliau juga menjadi pengajar di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Ma’arif, Mayak dari tahun 1998-2000.

Pada tahun 2000, beliau bergabung menjadi Dosen Tetap dan Staf Perpustakaan IAIN Ponorogo. Kemudian, pada tahun 2007 – 2011, beliau diamanahi sebagai Kepala Perpustakaan IAIN Ponorogo yang yang sebelumnya bernama STAIN Ponorogo tersebut. Tak berhenti sampai di situ, selepas menjabat sebagai Kepala Perpustakaan, di tahun setelahnya hingga tahun 2017, beliau diberi tanggungjawab sebagai Ketua Progam Studi (Kaprodi) Muamalah.

Bagai langit yang berlapis-lapis, karier ibu dua orang putra yang menyukai nasi pecel ini terus melejit. Dari Kaprodi Muamalah, beliau diangkat menjadi Wakil Dekan 2 yang mengurusi bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Fakultas Syariah IAIN Ponorogo. Tahun 2021 merupakan momentum puncak karir beliau, seorang perempuan hebat ini diangkat menjadi Dekan Fakultas Syariah untuk masa bhakti 2021-2025. Tidak hanya itu, saat ini beliau juga mengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Bangunsari, Ponorogo. Pesantren yang dirintis bersama suami sejak tahun 2017 hingga sekarang. Pencapain luar biasa untuk Kartini masa kini.

Saat ditemui Tim Fasya Media Center, beliau membagikan resep untuk mencapai itu semua. Adalah dua kata yang diilhami dari sosok Ibu dan Ibu Nyai ketika menuntut ilmu di pesantren, yakni ”Kesederhanaan dan Bersyukur”. Beliau juga menambahkan, bahwa apa yang sedang dijalani biarlah mengalir seperti air, namun harus dikerjakan dengan semaksimal mungkin.

Sejak kecil, beliau tidak mencita-citakan menjadi seperti sekarang yang terpenting adalah berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Selain itu, prinsip “Khoirun Naas Anfa’uhum lin Naas dan Man Jadda wajada” yang selalu beliau pegang dan dipraktekan. “Cita-cita yang ingin diraih hendaknya diringi dengan ikhtiyar batin, sungguh-sungguh, semaksimal mungkin, tapi tetap pasrahkan semua pada Allah SWT. Jadilah pribadi yang senang menolong sesama serta jangan ukur semuanya dengan materi. Percayalah kekuatan dahsyat dari ikhlas dari Allah SWT”, ujar beliau saat memberi wejangan.

Perempuan yang gemar membaca buku ini menuturkan seputar kehidupannya di Fakultas Syariah. Bahwa saat ini, beliau bekerja dalam lingkungan yang telah mengerti tugas pokoknya (tupoksi)-nya tanpa meninggalkan kekompakan saat bekerja dalam tim. Satu sama lain saling membantu dan mengisi dengan tetap mengerti batasan kewenangan yang diberikan. “Tetap semangat, jaga solidaritas, kekompakan, pupuk rassa kekeluargaan, terus meningkatkan profesionalitas kerja, serta meningkatkan kreativitas dan inovasi untuk Fakultas Syariah yang lebih baik,” pungkas beliau saat ditanya harapannya ke depan untuk Fakultas Syariah.

Menjadi Dekan Fakultas Syariah adalah tugas yang berat, sebab mengurus seluruh roda kehidupan akademik fakultas, baik yang formal maupun non-formal. Maka, penting untuk selalu menjaga keharmonisan hubungan antar elemen di Fakultas Syariah, baik dari mahasiwa, dosen, tenaga pendidik maupun karyawan. Dengan mengucap “Bismilllah”, beliau menerima tanggungjawab ini sebagai bentuk ibadah dan bukti pengabdian pada almamater beliau menuntut ilmu saat mengenyam pendidikan sarjana (S1).

 

Penulis : Nova Anggraini Putri

Editor : Muhammad Ali Murtadlo

Bagikan Artikel
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp